Peringati Hari Santri, KPU Ajak 3 Santri Bahas Demokrasi Pemilu Dan Politik
PURWOKERTO – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Banyumas menghadirkan 3 (tiga) santri dari organisasi mahasiswa yang berbeda dalam Panggung Anak Muda NgodeMas di Channel YouTube KPU Banyumas, Selasa (02/11/2021).
Ketua KPU Banyumas Imam Arif S mengajak Ketua PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), serta IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) cabang Purwokerto membahas mengenai aktivitas dan perspektifnya terkait demokrasi pemilu dan politik di program panggung anak muda. Program tersebut merupakan program KPU untuk menghadirkan anak muda yang inspiratif dari berbagai macam latar belakang pendidikan, aktivitas, dan profesi.
Para narasumber memperkenalkan organisasinya masing-masing yakni PMII yang saat ini memiliki 4 (empat) komisariat dan 4 (empat) bidang. Kemudian HMI memiliki beberapa komisariat dan memiliki kader di semua kampus. Sedangkan, IMM memiliki 19 (Sembilan belas) komisariat dengan 11 (sebelas) bidang di dalamnya.
Ketua umum PMII cabang Purwokerto Fahrul Rozik mengatakan bahwa dengan ditetapkannya hari santri pada tanggal 22 oktober 2021 merupakan bagian dari pengakuan negara bahwa santri ini memiliki peran penting untuk perkembangan bangsa dan negara, khususnya dalam konteks demokrasi. Terkait dengan pemilu secara umum, santri harus diberi ruang lebih untuk menjadi agen penggerak dari pemilu tersebut. Bisa dimulai dengan adanya sosialisasi ke pesantren-pesantren untuk membangkitkan partisipasi santri dalam persoalan demokrasi, dalam hal memilih dan dipilih.
Melanjutkan yang disampaikan Rozik, Ketua Umum HMI cabang Purwokerto Ibnu Kasir mengatakan bahwa HMI juga sadar betul akan peran dan juga sumbangsih santri yang sangat penting di sektor politik dalam tatanan kenegaraan.
“Negara itu adalah hal yang baru. Maksudnya, negara Indonesia itu ada setelah santri-santri itu ada. Kemudian akan terulang kembali seperti itu sebagaimana terjadinya dahulu,” ujar Ilyas Rosyid anggota pimpinan cabang IMM cabang purwokerto.
Selanjutnya, ilyas mengatakan untuk menginjak ke demokrasi sebenarnya islam itu mengajarkan bahwasanya memasuki islam itu secara tabah dan dengan asas-asas islam. Pada prinsipnya, santri juga harus turun di sektor politik karena santri seharusnya sadar betul komunitas santri ketika dimaksimalkan orang-orangnya luar biasa besar.
“Kemudian, bagaimana di Indonesia bisa beribadah dengan tenang khususnya islam, tanpa gangguan dari manapun. Dan santri untuk mengatasi, untuk mensupport ketahanan bagi islam dengan masuk dalam pemerintahan untuk mengatur mekanisme-mekanisme yang kemudian tidak mempersulit orang-orang muslim,” ujar Ibnu.
Oleh karena itu, santri harus terjun ke politik karena santri mempunyai banyak sekali nilai yang kemudian bisa menjadi poin tambahan di dalam pemerintahan. Sehingga, diharapkan ketika santri masuk dalam pemerintahan maka tidak akan ada kezaliman. (tni_ed sks)